miftah fauziah

my world is a combination of lines that form the curve of meaning

Aku Akan Memiliki Keluarga Seperti…

mungkin seperti ini keluargaku kelak:)

mungkin seperti ini keluargaku kelak:)

Sebelum aku menuliskan mimpi tentang seperti apa keluargaku kelak, aku akan menulis mimpi tentang pertemuanku dengan calon pendampingku seumur hidup.

Aku dan calon suamiku akan bertemu di sebuah pameran seni di Paris. Saat itu adalah musim semi yang dipenuhi dengan semerbak bunga-bunga. Aku kala itu sedang melancong ke Paris usai menghadiri wisuda S1 ku. Setelah berkutat dengan skripsi dan segala tetek bengek perkuliahan, aku ingin bertamasya sejenak sebelum terjun ke dunia kerja. Sedangkan calon suamiku kala itu sedang menikmati akhir pekannya di sela waktu kerjanya yang padat. Ia adalah seorang arsitek yang sangat mencintai dunia seni, sama sepertiku.

Di pameran seni bertajuk ‘Hidden Beauty’ itu kami dipertemukan oleh satu lukisan indah sepasang tangan yang sedang bergandengan tangan di padang rumput. Kami saling bertatapan dan pada detik selanjutnya saling melempar senyum kemudian bergandengan tangan layaknya lukisan tersebut.

Setelah pertemuan itu kami menjalin hubungan romantis. Tak berapa lama kemudian ia melamarku di depan menara Eiffel dengan cincin yang terbuat dari tutup minuman kaleng. Beberapa bulan kemudian ia memutuskan untuk bekerja di Indonesia. Kami pun melangsungkan pernikahan di Indonesia, tepatnya di pinggir Pantai Kuta, Lombok. Pernikahan kami sederhana dan indah dengan dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat kami saja.

Bagiku, menikah adalah sebuah bentuk pengabdian kepada suami dan anak-anakku. Jadi, aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga yang akan merawat suami dan anak-anakku dengan baik.

Di tahun awal pernikahan, aku dan suami akan merancang sendiri rumah kami. Rumah kami akan dibangun di perbukitan yang asri dan sejuk. Kami akan menyediakan halaman yang luas untuk ditanami berbagai pohon besar, sayur-mayur, buah-buahan, dan tanaman obat. Kami juga membuat kolam renang dan kolam ikan dengan saung apung di atasnya untuk tempat santai sore. Di halaman kami juga akan dibangun “dufan kecil” untuk tempat bermain anak-anak. Di sana akan ada roller coaster, tornado, bianglala, komidi putar, kora-kora, dan berbagai wahana lainnya. Dufan kecil ini nantinya boleh dikunjungi oleh warga sekitar tempat kami tinggal dengan gratis.

Rumah kami terbuat dari kayu jati dan mahoni dengan banyak gambar dan karya seni di dalamnya. Kami juga memiliki atap rumah yang dapat digeser untuk melihat indahnya langit malam.

Usai membangun rumah, kami akan memiliki anak. Kala itu aku berumur 24 tahun dan suamiku 29 tahun. Anak pertama kami adalah seorang putra yang tampan. Kami memberinya nama Kamaditya Senja. Kama akan kami didik menjadi seorang abang yang gagah dan bisa melindungi adik-adiknya kelak. Kama sedari kecil akan kami beri pendidikan di sekolah terbaik. Kama juga akan kami masukkan ke tempat pendidikan bela diri. Saya dan suami akan membiarkan Kama memilih bidang apa yang ia sukai di luar sekolah formal. Jika ia menyukai seni musik kami akan mendukungnya untuk menekuninya. Begitu juga halnya jika ia menyukai seni rupa, astronomi atau bercocok tanam sekalipun kami akan mendukungnya. Karena bagiku anak harus didukung minat dan bakatnya sejak kecil. Orang tua tidak boleh memaksakan kehendak pada anaknya.

Kama juga akan kami didik menjadi anak yang mandiri dan soleh. Kami akan memasukkannya ke madrasah agar kelak ia dapat menjadi seorang penghafal Al Quran yang busa memberi jubah kepada orang tuanya di surga.

Setelah Kama berusia lima tahun, kami memiliki anak lagi. Kali ini kami dianugerahi sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan. Kami memberinya nama Mozart Sereva dan Moza Serenia. Mozart dan Moza akan kami beri pendidikan terbaik sama seperti abangnya. Sebenarnya aku memiliki impian untuk memiliki anak yang mahir bermain piano seperti pianis legendaris Mozart. Namun aku hanya akan memberikan mereka penawaran untuk mengikuti les piano. Jika mereka tidak mau pun aku tidak akan memaksakan impianku pada mereka.

Aku ingin menjadi seorang ibu yang demokratis dan dekat dengan anak-anakku. Aku ingin menjadi teman curhat dan teman bermain mereka . sebisa mungkin aku ingin mengetahui apa yang mereka alami di sekolah dan bagaimana keadaan mereka setiap hari. Aku akan memasakkan bekal setiap pagi untuk mereka dan suamiku. Aku ingin memberikan segala yang terbaik untuk keluargaku.

Aku juga tidak melupakan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku akan merawat dan melayani suamiku dengan baik. Setiap pagi aku akan menyiapkan pakaian kerjanya dan secangkir susu dan roti. Aku akan menyambutnya saat pulang kerja dan memijitnya ketika lelah. Aku sendiri yang akan memasakkan makanan untuknya dan juga anak-anak meskipun jika nanti aku memiliki pembantu rumah tangga. Aku juga akan menyediakan waktu untuk bincang santai keluarga tiap sore di saung apung sambil menikmati teh hangat dan matahari terbenam. Saat adzan magrib kami akan kembali ke rumah dan menunaikan solat berjamaan dilanjutkan dengan mengaji bersama.

Ah ada yang terlewat. Aku ingin memiliki perpustakaan di rumah yang dapat dikunjungi oleh siapa saja. Aku ingin menanamkan gemar membaca pada keluarga dan masyarakat sekitar tempat tinggalku. Karena menurutku membaca sangat penting. Membaca mengantarkan kita pada keluasan berpikir dan kebijaksanaan dalam hidup.

Setelah Kama, Mozart, dan Moza beranjak dewasa –sekitar usia SMP– aku akan memulai usaha seni kriya. Aku akan memproduksi barang-barang kerajinan tangan yang kreatif dan berdaya guna. Seperti bingkai foto, tempat pensil, tas, celengan, tempat tissue, dan kerajinan tangan lainnya. Aku akan memberdayakan perempuan di sekitar tempat tinggalku. Agar mereka tidak hanya mengurus keluarga tetapi juga dapat memanfaatkan waktu luang mereka untuk berkarya dan menghasilkan uang. Perempuan yang aku berdayakan terutama adalah yang berstatus janda. Karena aku ingin mengurangi beban ekonomi mereka sepeninggal suami mereka. Namun aku berjanji pada diriku, adanya usaha ini tidak akan menjadikanku kehilangan waktu untuk keluarga. Bagiku mereka akan selalu menjadi prioritas.

Setiap akhir pekan, kami sekeluarga akan melakukan aktivitas bersama. Entah itu jalan-jalan ke suatu tempat, atau berolahraga, berdiskusi tentang buku atau film, memancing, atau sekedar memanen hasil tanaman, sayur, dan buah-buahan yang kami tanam di halaman rumah. Yang terpenting bukan kegiatannya tapi kebersamaannya. Aku ingin kegiatan bersama ini semakin mendekatkan kami dan menjadikan komunikasi antara anggota keluarga terjalin dengan baik.

Ketika Kama, Mozart, dan Moza telah memasuki masa siap menikah, aku dan suami akan membiarkan mereka memilih pasangan hidup yang terbaik untuk mereka. Yang pasti pasangan mereka harus memiliki iman yang sama dan berakhlak baik serta menyayangi anak-anakku dan keluarganya.

Pasca anak-anakku menikah, mereka pasti tinggal terpisah dari orang tua. Tinggallah aku dan suamiku berdua di rumah kami yang mulai terasa sepi. Kami akan menikmati masa senja kami dengan bercocok tanam organik dan beternak ikan dan sapi peraj serta ayam. Di akhir pekan, Kama, Mozart, dan Moza akan datang bersama cucu-cucu kami yanh lucu. Saat mereka datang, aku akan mendongeng untuk mereka dan juga bercerita tentang hidupku dan keluargaku yang bahagia. Aku juga akan mengajak mereka melakukan kegiatan bersama. sama seperti waktu Kama, Mozart dan Moza masih kecil.

Menurutku yang terpenting di dalam keluarga adalah keharmonisan. Kita dapat membangunnya dari awal dengan komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Kita harus menanamkan rasa saling mengasihi dan perhatian. Bagiku keluarga bahagia adalah yang seperti ini, seperti yang kutulis dan akan kujadikan kenyataan.

Leave a comment

Information

This entry was posted on September 18, 2013 by in a bunch of words, college.

line

note

beauty can be seen in the ugliest things

KARTUN MARTONO

catatan perjalananku dalam dunia kartun

muthiakarima

Semangat Berkarya :)

abstract blue

veritas illuminat me